Tarot versi Gilded
maka blog ini diberi judul tarot & art. The Gilded Tarot is a digitally drawn and visually sumptous Rider-Waite style tarot from the talented Ciro Marchetti. The 78 card deck is available from Llewellyn as well as in a handmade edition.
Rider-Waite Tarot
The Rider-Waite Tarot is a classic Tarot deck, perhaps the most well-known in the Western world. It is often called the first modern Tarot deck, as the cards drawn by Pamela Colman-Smith and commissioned by Waite were the first to use detailed pictures on the minor arcana cards
A Night Watch
Rembrandt van Rijn
Seni Meracik minuman keras
Para Bartender wanita sedang beradu keahlian meramu koktail
Di Lorong Ku Menatap
Yang ini jelas foto profil saya to
Sunday, April 23, 2017
Salah Satu Sebab Mengapa Ahok Kalah
Perspektif Lain Tentang Ahok
The real ahok
Mau tahu suara hati pengusaha? Mengapa banyak pengusaha Tionghoa tdk mendukung Ahok? Ini bukan masalah jujur dan anti korupsi, tapi masalah Ahok sebagai pejabat tidak etis.
Sebagai pejabat, dengan modal dari pembayar pajak, Ahok mengajak pengusaha bersaing usaha. Selalu dia mengeluarkan kata-kata bernada ancaman bahwa modalnya 70T, artinya dialah, sebagai gubernur, the Real Konglomerat. Dia punya uang dan punya kekuasaan. Jadi pengusaha harus nurut 100% dengannya. Kalau tidak mau, maka dia yang akan jadi pengusahanya. Kalau tidak nurut, maka dengan kekuasaannya dia tidak akan memberi ijin.
Ahok baik tapi TIDAK BIJAKSANA. Dia hendak memainkan perannya sebagai pengusaha sekaligus penguasa. Sebagai penguasa, dia hendak bermain di level operator, bukan kebijakan.
Bagi orang yg bekerja alias profesional, Ahok yes... bagi pengusaha Ahok No... kenapa?? Ahok tidak peduli sulitnya pengusaha. Yang dia pikirkan hanya bagaimana mengambil keuntungan sebesar-besarnya (kata halus dari memeras) dari rasa tidak berdaya pengusaha. Apa yg sudah diucapkan dari mulutnya seperti titah dewa. Tidak mau mendengar keluhan pengusaha dll.
Contoh yg paling kecil: pasang spanduk biayanya 5000/m/hari. Dalam 3 th perjalanannya menjadi 125rb/m/hari. Dia tidak ingat pengusaha yang memasang spanduk dalam beriklan berarti pengusaha berbudget terbatas dan tidak bisa beriklan di TV. Ketika asosiasi pengusaha kecil dan menengah datang ingin negosiasi, jawaban Ahok,
"Anda kalau tidak bisa pasang umbul-umbul dengan biaya segitu, ya jangan pasang."
Contoh lain, pengusaha cleaning service di pemda tidak diperpanjang kontraknya, kebersihan juga diambil alih, pegawai mereka diambil alih diberi gaji 250.000 lebih tinggi. Otomatis semua pegawai tidak mau lagi kerja dengan majikan lama. Padahal mereka ini yang mentraining keahliannya.
Dulu mungkin ada kongkalikong. Tapi tidak seharusnya jantung pengusaha dibunuh, sistem dan pengawasanlah yang perlu diperbaiki. Bukankah pengusaha hanya mengikuti permainan penguasa. Kalau penguasa bersih, pengusaha juga akan ikut bersih.
Kasus Seaworld, Ahok sengaja menaikkan biaya restribusi yang sangat tinggi, yang secara bisnis pasti tidak menguntungkan, bila Lippo ingin meneruskan kontraknya dengan pemda. Tujuan sebenarnya buat AHok cuma 1, dia cuma mau takeover seaworld, dengan kekuasaannya. Akhirnya seaworld ditakeover pemda dan seluruh karyawannya di ambil juga. Jadi pemda tidak perlu mengeluarkan biaya training karyawan apapun ataupun educate people. Tidak perlu memikirkan sistem management, istilahnya ini barang jadi, tinggal gue ambil dengan biaya 0. Karena gue punya kekuasaan.
Hal yg sama juga akan terjadi pada palyja, aerta, dll.
Kasus pengusaha transportasi kota juga bencinya setengah mati dengan Ahok. Mereka hanya boleh menitipkan bisnya. Sopir diambil pemda. Artinya penghasilannya dijatah. Jadi bukan peraturan berkendaranya yang ditata, dan pengawas di dalam kota yang ditatar agar melakukan pengawasan dengan benar dan tertib berkendara, tapi titik ekonomi orang lain yang dicabut. Lagi-lagi ini karena dia punya modal dan kekuasaan.
Bagi profesional yg bekerja, tanpa memikirkan ROI, Risk, nasib karyawan lain, maka Ahok is yes..yes..yes... Tapi bagi pengusaha, Ahok adalah seorang gila kekuasaan dan power approach. Di otak Ahok hanya kamu nurut saja, karena dia anggap semua orang bodoh. Seperti yang dia selalu katakan, kalau org bodoh nurut saja. Itu menyakitkan pengusaha.
Demikian juga konglomerat yang akan dipalak 15% jug disuruh nurut karena anggapannya tidak ada manusia yang lebih pintar dari dia.
Itulah kelemahan AHok. Dia terlalu menggunakan power approach. Never listen other people. Termasuk ke konsultan kampanye dan politiknya!! Di otaknya cuma I WIN you LOOSE!
Kenapa dia tidak belajar dari walikota London, yang dicintai masyarakat Inggris meskipun dia Muslim? Karena modalnya cuma 1, listen others. Tidak ada kesan ambisi membunuh orang yang tidak nurut. Tapi mendengarkan dan kemudian didiskusikan bersama. Pemerintah bisa menata sesuai kemauan pemerintah tapi pengusaha juga diajak memberi solusi. Kalau Ahok tidak bisa begitu, apa yang sudah keluar dari mulutnya tidak bisa dinego lagi. Makanya model selevel AGuan pun males ngomong sama dia. Pada akhirnya orang ambil kesimpulan, percuma ngomong sama orang ini. Semakin kita ngomong, semakin beringas dia.
Jadi mengapa ada kesan pengusaha memilih Ahok tidak menjabat, bukan karena dia anti korupsi atau apapun, tapi kegilaan Ahok dalam menggunakan power approach harus dihentikan. Harus dicari penguasa yang mau duduk bersama, listen to each other, untuk memecahkan bersama. Pengusaha bukan orang bodo kok.
Saya menulis ini supaya semua orang bisa melihat secara berimbang. Menjadikan Ahok super hero karena mengkultuskannya itu sebenarnya membunuh dia pelan-pelan. Karena dia akan rusak dengan mental kesombongan dan tidak pernah sadar kelemahan dirinya sendiri.
Bagaimanapun, kita tetap terimakasih, karena dia sudah mletakkan dasar good governance.
Semoga sukses.
Friday, April 21, 2017
11 Alasan Mengapa Anda TIdak Pakai Bra (Beha/Kutang)
Entah kenapa, manusia yang lahir setelah ditemukannya kutang kerap memandang penuh udang di balik batu terhadap Wanita Tuna Kutang, atau perempuan yang tidak mengenakan beha. Terutama jika putting susu tampak sedikit menjiplak pada baju. Padahal, apa yang tidak normal dengan itu? Lelaki punya pentil juga meski tak punya susu. Kerap, ibu-ibu dan masyarakat tak membiarkan gadis-gadis keluar rumah tanpa sepasang cungkup payudara itu, sebab mereka menganggap gadis-gadis yang suka keluyuran tanpa kutang sebagai kurang baik-baik. Padahal ada banyak penjelasan mengapa manusia tak harus pakai beha.
Inilah sebelas diantaranya :
1. Laki-laki
Jika Anda lelaki tentu saja Anda tak perlu-dan, hamper tak akan-mengenakan kutang. Tak ada orang yang senang memakai ransel terbalik jika tak perlu.
2. Sekolah Putri Tarakanita- yang muridnya perempuan semua, rok seragamnya cukup tinggi, dan dikenal lebih bagak ketimbang anak-anak perempuan sekolah lain- saya mendengar gossip bahwa cewek-cewek Tar-Q itu “berani”. Mereka ke sekolah pakai rok mini, membawa botol minum, dan tidak pakai beha. Mereka memang membawa bekal makanan dan minuman, tetapi mereka no-bra. Betapa nakalnya!
Tentu saja. Yang dimaksud adalah Taman Kanak-kanak Tarakanita. Sebab, selain lelaki, bocah-bocah juga tidak mengenakan beha. Bukankah kita semua dilahirkan tanpa beha.
3. Gadis jujur.
Berbeda dari anggapan nakal tentang Wanita Tuna Kutang, sebagian perempuan yang memilih tak mengenakan beha sesungguhnya adalah gadis jujur. Mereka justru tidak mengenakan kutang karena mereka tidak mau berbohong mengenai ukuran payudara mereka.
Tahukah Anda, bahwa fungsi kutang adalah dua hal yang saling bertentangan? Yaitu, untuk menutupi sekaligus menonjolkan. Bahkan tujuan yang terakhir bias berlindung di balik tujuan yang pertama. Niat nakal berpura-pura tidak ada di balik niat santun-sederhana.
Sebagian model bra menawarkan penampilan payudara secara ideal. Ada push up bra yang menggunakan kawat dan cungkup yang kuat agar kantung kelenjar susu yang lemas bias membusung diri. Payudara yang menggantung ke bawah pun bisa tampak membuncah ke atas. Ada pula beha yang bisa membuat dada tampak dua nomor lebih montok. Caranya dengan menambah berbagai sumpal. Sekadar busa yang kaku sampai sumpal kantong silicon yang menyesuaikan diri dengan suhu tubuh. Silicon hangat ini begitu lembut dan lentur sehingga, jika perempuan berbeha demikian menempelkan dadanya pada lelaki pada saat berdansa, atau saat naik ojek yang pengemudinya suka mengerem mendadak, dijamin yang terkena tempelen maut itu merasakan kelembutan susu alami. Bukan susu kaleng.
Nah, dengan tersedianya begitu banyak teknologi tipu daya, perempuan yang memilih tidak memakai beha sesungguhnya adalah perempuan yang jujur.
Bersambung ke halaman berikut ini
11 Alasan Mengapa Anda TIdak Pakai Bra (Beha/Kutang) 2
4. Wanita tradisional. Memang bukan gadis jujur saja yang bisa tak pakai kutang. Wanita yang setia pada nilai tradisi pun bisa tak berbeha. Misalnya, perempuan-perempuan Bali pada masa Covarrubias atau Antonio Blanco pertama kali bekunjung. Pada masa itu, pedesaan Bali dan Jawa, wanita biasa bertelanjang dada. Masyarakat biasa-biasa saja dengan susu yang membusung maupun menggantung. Mereka menerimanya sebagai keindahan yang wajar. Para pendatanglah yang cengar-cengir, tersipu-sipu, atau horny sendiri melihat itu. Sampai-sampai, penduduk menjadi jengah dan mulai menutup dadanya. Begitu pula suku-suku pedalaman, seperti di Papua atau Kalimantan, mereka tidak mengenal beha dan mereka baik-baik saja. Tetek yang dibiarkan terbuka tak pernah membikin kekacuan dunia.
5. Perempuan pemberontak. Sebagian perempuan memilih tak pakai beha sebagai pemberontakan terhadap kapitalisme dan patriarki. Ini dimulai para feminis di barat dengan gerakan no bra oleh para aktivis Women’s Lib di tahun 70-an. Mereka beranggapan bahwa perempuan telah terlalu dikekang. Antara lain oleh beha dan korset. Beha dan korset membuat tubuh perempuan terbelenggu, secara fisik dan psikologis. Korset dan bra membuat perempuan dapat dan harus tampil dengan dada montok dan pinggang sempit. Belum lagi, industry beha diuntungkan dengan keinginan dan keharusan bertubuh gitar. Bayangkan keuntungan perusahaan kutang jika sepertiga dari lima milyar penduduk dunia ini memakai beha dan mereka ganti setiap hari dengan siklus tiga hari. Berarti, diperlukan sekitar 5 milyar kutang juga setiap tiga hari! Semakin perempuan mengekang teteknya, semakin untung perusahaan.
Nilai yang tak masuk akal serta akibatnya yang merugikan perempuan dilawan oleh beberapa feminis dengan gerakan no bra. Lepaskan behamu dan biarkan tubuhmu bebas (dan jangan menambah keuntungan kaum industry kutang)! Gerakan ini sempat menular, dalam bentukk sedikit berbeda, ke Bandung di tahun 70-an, dengan adanya Oreksas dan ATD : Organisasi Seks Bebas dan Anti Tjelana Dalam. Akibatnya, orang-orang dari luar Bandung membayangkan para mojang priangan yang terkenal berkulit kuning langsat naik becak tanpa celana dalam. Padahal, sayangnya, tak ada yang bisa membuktikan. Ide Oreksas dan ATD barangkali hanya sebatas wacana yang digembar-gemborkan majalah Aktuil pimpinan Remy Silado si penyair mbeling di tahun 70-an. Gerakan ATD ini bisa dibilang gagal dari segi marketing. Sebab tak ada merek lingerie yang mau beriklan di sana.
6. Anggota kelompok nudis. Masyarakat nudis atau telanjang, yang terdapat di beberapa tempat di Eropa, juga merupakan masyarakat yang menantang modernism. Jadi, ada semangat pemberontakan juga di sana. Mereka beranggapan bahwa modernism telah begitu menjauhkan manusia dari alam, membuat manusia tidak wajar lagi. Contohnya ya itu tadi: peradaban malah membuat manusia tak bisa lagi jalan-jalan tanpa pakaian meskipun di musim panas, manusia tak lagi santai dan wajar dengan bagian-bagian tubuhnya. Bukankah mamalia lain tidak mengenakan pakaian dan tak pernah ada pemerkosaan dalam bangsa hewan! Kaum nudis ingin mengembalikan kewajaran itu. Sementara, orang-orang yang pikirannya penuh nafsu justru melihat kaum ini sebagai pengumbar aurat. Padahal, tujuan kaum nudis ini lumayan mulia juga.
7. Cewek cuek. Salah satu alasan untuk tidak melakukan sesuatu adalah tidak peduli. Salah satu alasan untuk tidak memakai beha adalah tidak peduli. Cewek cuek bersikap peduli setan dengan nilai-nilai, dengan pandangan orang, dan dengan bentuk payudara. Mereka tak ingin tampak wah dengan menggunakan push up bra atau membuat lelaki tersipu-sipu dengan tidak mengenakan bra. Mereka semata-mata tidak peduli.
8. Gadis baik-baik yang tak ingin mengecewakan calon pacar. Jika gadis jujur tidak ingin membohongi diri sendiri mengenai ukuran payudaranya, gadis baik-baik tidak ingin membohongi calon pacar.
Ada satu pengalaman seorang kawan wanita. Pernah dia menikmati betul memakai beha dengan sumpal busa yang membuat payudaranya dua nomor lebih besar. Dia menikmati mata yang memandang perbandingan dada dan pinggang dengan cemburu (atau dia kira cemburu – barangkali sesungguhnya mereka sudah curiga). Sampai suatu kali dia bertemu dengan seorang lelaki dan saling tahu bahwa akan berkencan juga akhirnya. Begitulah, pada kesempatan makan malam pertama, dia telah meninggalkan busa beha itu, meskipun belum meninggalkan behanya – barangkali, karena berharap ada kesempatan kedua. Kesempatan kedua tak pernah ada. Karena mereka telah terlanjur bercinta di kesempatan pertama. Apapun, tujuannya baik-baik. Agar jangan pacarnya merasa membeli kucing dalam kutang.
11 Alasan Mengapa Anda TIdak Pakai Bra (Beha/Kutang) 3
9. Tatkala tidur dan mandi. Tak dianjurkan oleh dokter dan pelatih yoga manapun untuk mengenakan beha di kala mandi dan tidur. Kutang yang tepat boleh digunakan selagi makan, melakukan beragam kegiatan, berolahraga bahkan bercinta.
Jangan mengenakan beha dengan rangka kawat untuk olah raga. Sebaliknya, ada beha yang hanya terbuat dari rangka kawat dan tanpa cungkup penutup. Inilah beha untuk bercumbu, tetap menunjang buah dada sambil membiarkan ujungnya terbuka.
10. Yang juga tak memerlukan beha adalah inang-inang, bakul kulakan, atau perempuan pedagang grosir yang telah memiiki dompet yang aman. Pada masa lampau, perempuan pedagang bakulan begini menyimpan uang dalam kutang. Ini memang tempat yang paling aman. Sebab menjambretnya dijamin sesulit menjambret ikat pinggang. Sayangnya, kebiasaan ini tidak baik untuk kulit payudara. Sebab, uang tidak steril dan uang banyak berpindah tangan juga mengandung beragam kuman. Sebaiknya, jangan satukan fungsi dompet dengan kutang. Jika jatah belanja terbatas, pilihlah salah satu saja: dompet atau kutang. Maka demi sebuah dompet, Anda diperbolehkan tidak memiliki kutang.
11. Ekshibisionis. Nah! Inilah alasan umum yang kerap dituduhkan pada Wanita Tuna Kutang. Tuduhan itu bukan mengada-ada. Tentu saja, sebagian perempuan yang tak memakai beha memang ingin memamerkan buah dadanya yang indah. Tak salah juga bukan? Lagi pula, buah dada tak bisa selamanya sombong. Buah dada akan lunglai di suatu hari nanti. Jadi , apa salahnya membiarkan dia menikmati udara segar selagi bisa?
Sumber : X Magazine
Saturday, April 15, 2017
Ini Cara agar Bisa Nyoblos meski Tak Terdaftar di DPT
Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta Sumarno menjamin bahwa warga Jakarta bisa tetap mencoblos pada pemungutan suara Pilkada DKI putaran kedua pada Rabu (19/4/2017), meski namanya tak tercantum pada daftar pemilih tetap (DPT).
Adapun persyaratannya, kata Sumarno, adalah warga yang namanya tak ada dalam DPT harus harus membawa e-KTP domisili Jakarta ke TPS. Warga ini akan dimasukan sebagai pemilih tambahan.
Jika belum memiliki e-KTP, lanjut Sumarno, bisa membawa surat keterangan (suket) yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil).
Suket itu ditujukan kepada petugas di Tempat Pemungutan Suara (TPS).
Selain itu, warga juga melampirkan alat verifikasi identitas diri selain e-KTP. Misalnya kartu keluarga, paspor atau surat izin mengemudi.
Sebagai penyelenggara, kata Sumarno, sudah menjadi tugas bagi KPU DKI memfasilitasi warga Jakarta untuk menggunakan hak pilih.
"Mereka punya hak dan KPU wajib memfasilitasi penggunaan hak pilihnya," kata Sumarno dalam diskusi bertajuk "Pilkada Sehat dan Demokratis" di bilangan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (15/4/2017).
Sumarno menambahkan, warga tersebut dapat menggunakan hak pilihnya setelah warga yang terdaftar dalam DPT melakukan pencoblosan.
"Mereka nanti tetap bisa datang ke TPS pukul 12.00 WIB sampai 13.00 WIB," kata Sumarno.
(Baca: KPU DKI Pastikan Warga Tak Terdaftar di DPT Bisa Mencoblos)
Waktu pemungutan dan penghitungan suara pilkada DKI Jakarta dilaksanakan pada 19 April 2017.
Tiga hari sebelumnya, yakni 17-18 April diberlakukan masa tenang.
Dua pasangan calon yang bersaing pada Pilkada DKI Jakarta putaran kedua, yakni pasangan calon nomor pemilihan dua, Basuki Tjahaja Purnama- Djarot Saiful Hidayat dan pasangan calon nomor pemilihan tiga, Anies Baswedan- Sandiaga Uno.
Sumber : Kompas
Adapun persyaratannya, kata Sumarno, adalah warga yang namanya tak ada dalam DPT harus harus membawa e-KTP domisili Jakarta ke TPS. Warga ini akan dimasukan sebagai pemilih tambahan.
Jika belum memiliki e-KTP, lanjut Sumarno, bisa membawa surat keterangan (suket) yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil).
Suket itu ditujukan kepada petugas di Tempat Pemungutan Suara (TPS).
Selain itu, warga juga melampirkan alat verifikasi identitas diri selain e-KTP. Misalnya kartu keluarga, paspor atau surat izin mengemudi.
Sebagai penyelenggara, kata Sumarno, sudah menjadi tugas bagi KPU DKI memfasilitasi warga Jakarta untuk menggunakan hak pilih.
"Mereka punya hak dan KPU wajib memfasilitasi penggunaan hak pilihnya," kata Sumarno dalam diskusi bertajuk "Pilkada Sehat dan Demokratis" di bilangan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (15/4/2017).
Sumarno menambahkan, warga tersebut dapat menggunakan hak pilihnya setelah warga yang terdaftar dalam DPT melakukan pencoblosan.
"Mereka nanti tetap bisa datang ke TPS pukul 12.00 WIB sampai 13.00 WIB," kata Sumarno.
(Baca: KPU DKI Pastikan Warga Tak Terdaftar di DPT Bisa Mencoblos)
Waktu pemungutan dan penghitungan suara pilkada DKI Jakarta dilaksanakan pada 19 April 2017.
Tiga hari sebelumnya, yakni 17-18 April diberlakukan masa tenang.
Dua pasangan calon yang bersaing pada Pilkada DKI Jakarta putaran kedua, yakni pasangan calon nomor pemilihan dua, Basuki Tjahaja Purnama- Djarot Saiful Hidayat dan pasangan calon nomor pemilihan tiga, Anies Baswedan- Sandiaga Uno.
Sumber : Kompas
Mengapa Tingkat Kepuasan terhadap Ahok-Djarot Tak Berbanding Lurus dengan Elektabilitas?
Survei yang dirilis Charta Politika menyebut bahwa tingkat kepuasan publik terhadap kinerja pasangan Basuki Tjahaja Purnama ( Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat tak berbanding lurus dengan elektabilitas atau tingkat keterpilihan pasangan petahana tersebut.
Survei tersebut mengungkap, dari 782 responden, sebanyak 71,9 persen sangat puas dan cukup puas dengan kinerja Pemprov DKI Jakarta.
Sedangkan yang tidak puas hanya sebesar 26,2 persen, sisanya tidak tahu atau tidak menjawab.
Angka kepuasan itu pun terus merangkak naik sejak November 2016 lalu.
(Baca: Survei Charta: Elektabilitas Ahok-Djarot 47,3 %, Anies Sandi 44,8 %)
"Program yang dinilai paling bermanfaat paling atas ada Kartu Jakarta Sehat (30,6 persen), lalu Kartu Jakarta Pintar (23,8) persen, dan pelayanan kelurahan (12,9 persen), menyusul di bawahnya Transjakarta, PTSP, dan penanganan banjir," kata Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya di kantornya, Sabtu (15/4/2017).
Namun demikian, angka tingkat kepuasan tak berbanding lurus dengan elektabilitas Ahok- Djarot.
Survei menunjukkan elektabilitas Ahok- Djarot sebesar 47,3 persen dan Anies-Sandi 44,8 persen, sisanya tidak tahu atau tidak menjawab.
"Di daerah-daerah lain, biasanya jika kepuasan tinggi elektabilitasnya tinggi juga, seperti Ridwan Kamil, Risma, elektabikitas hampir sama dengan kepuasan publiknya," kata Yunarto.
Yunarto mengatakan meski pemilih di DKI diklaim rasional, ada faktor emosional yang berperan besar dan tidak bisa dinafikkan.
Sebanyak 43,2 persen memang memilih berdasarkan rekam jejak dan 25,3 persen memilih karena program yang ditawarkan. Namun ada 25,4 persen responden yang memilih karena kepribadian kandidat.
Begitu pula dengan latar belakang agama. Sebanyak 46,3 persen responden berpendapat itu sangat penting dalam memilih gubernur dan wakil gubernur.
(Baca: LSI Denny JA: Tingkat Kepuasan terhadap Ahok-Djarot di Atas 70 Persen)
"Ada faktor primordial, faktor karakter Ahok yang menjadi beban, Anies-Sandi dipilih karena ramah dan santun dipilih, di sisi lain Ahok memiliki masalah agama tapi faktor kinerja dan kepuasan publik menguatkan Ahok, ini pertarungan sisi emosionalitas dan rasionalitas," kata Yunarto.
Data dihimpun dari tanggal 7 hingga 12 April 2017. Sebanyak 782 dari target 1.000 responden ini tersebar di lima wilayah DKI tanpa Kepulauan Seribu.
Survei yang diklaim dibiayai secara mandiri oleh Charta Politika ini, menggunakan metode acak bertingkat (multistage random sampling) dengan margin of errror kurang lebih 3,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Sumber : Kompas
Survei tersebut mengungkap, dari 782 responden, sebanyak 71,9 persen sangat puas dan cukup puas dengan kinerja Pemprov DKI Jakarta.
Sedangkan yang tidak puas hanya sebesar 26,2 persen, sisanya tidak tahu atau tidak menjawab.
Angka kepuasan itu pun terus merangkak naik sejak November 2016 lalu.
(Baca: Survei Charta: Elektabilitas Ahok-Djarot 47,3 %, Anies Sandi 44,8 %)
"Program yang dinilai paling bermanfaat paling atas ada Kartu Jakarta Sehat (30,6 persen), lalu Kartu Jakarta Pintar (23,8) persen, dan pelayanan kelurahan (12,9 persen), menyusul di bawahnya Transjakarta, PTSP, dan penanganan banjir," kata Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya di kantornya, Sabtu (15/4/2017).
Namun demikian, angka tingkat kepuasan tak berbanding lurus dengan elektabilitas Ahok- Djarot.
Survei menunjukkan elektabilitas Ahok- Djarot sebesar 47,3 persen dan Anies-Sandi 44,8 persen, sisanya tidak tahu atau tidak menjawab.
"Di daerah-daerah lain, biasanya jika kepuasan tinggi elektabilitasnya tinggi juga, seperti Ridwan Kamil, Risma, elektabikitas hampir sama dengan kepuasan publiknya," kata Yunarto.
Yunarto mengatakan meski pemilih di DKI diklaim rasional, ada faktor emosional yang berperan besar dan tidak bisa dinafikkan.
Sebanyak 43,2 persen memang memilih berdasarkan rekam jejak dan 25,3 persen memilih karena program yang ditawarkan. Namun ada 25,4 persen responden yang memilih karena kepribadian kandidat.
Begitu pula dengan latar belakang agama. Sebanyak 46,3 persen responden berpendapat itu sangat penting dalam memilih gubernur dan wakil gubernur.
(Baca: LSI Denny JA: Tingkat Kepuasan terhadap Ahok-Djarot di Atas 70 Persen)
"Ada faktor primordial, faktor karakter Ahok yang menjadi beban, Anies-Sandi dipilih karena ramah dan santun dipilih, di sisi lain Ahok memiliki masalah agama tapi faktor kinerja dan kepuasan publik menguatkan Ahok, ini pertarungan sisi emosionalitas dan rasionalitas," kata Yunarto.
Data dihimpun dari tanggal 7 hingga 12 April 2017. Sebanyak 782 dari target 1.000 responden ini tersebar di lima wilayah DKI tanpa Kepulauan Seribu.
Survei yang diklaim dibiayai secara mandiri oleh Charta Politika ini, menggunakan metode acak bertingkat (multistage random sampling) dengan margin of errror kurang lebih 3,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Sumber : Kompas
Asteroid besar akan melintas mendekati Bumi pada 19 April 2017
Apakah akan membahayakan Bumi?
Pernah merasa ketakutan akan hal itu? Baru-baru ini NASA merilis adanya sebuah asteroid besar yang ditemukan tiga tahun lalu akan melintas mendekati Bumi pada 19 April 2017 nanti.
Eits, kamu jangan ketakutan dulu ya. Asteroid tersebut sudah dipastikan tak akan menabrak Bumi. Saat melintas nanti, jaraknya sekitar 1,8 juta kilometer dari Bumi. Kejadian itu akan menjadi perjumpaan paling dekat antara asteroid dan Bumi dalam sedikitnya 400 tahun terakhir.
Dilansir brilio.net dari laman resmi NASA, Sabtu (15/4), Asteroid 2014 JO25 yang ditemukan pada Mei 2014 oleh astronom dari Catalina Sky Survey dalam proyek kerja sama NEO Observations Program NASA dan University of Arizona tersebut berdasarkan hasil pengukuran sementara ukurannya 650 meter.
Asteroid itu akan mendekati Bumi dari arah matahari dan akan bisa dilihat di langit malam menggunakan teleskop kecil, satu atau dua malam setelah 19 April sebelum dia dengan cepat menjauhi Bumi.
Sumber : Brilio
Begini jadinya kalau 12 tokoh dunia dijadikan karakter game online
Seniman asal Hong Kong yang bernama Tik Ka baru-baru ini membuat karakter game online dari para tokoh dunia terkemuka. Tak hanya itu, para karakter yang buat oleh Tik Ka tersebut seolah nyata dan menampilkan sisi lain dari para tokoh dunia tersebut.
Proyek dari Tik Ka ini disebut sebagai Super World Fighter. Ia membuat karakter ini dan kemudian mengunggahnya di akun Facebook-nya yaitu Tik Ka From East. Penasaran seperti apa? Intip yuk hasil karya dari Tik Ka yang dirangkum brilio.net dari rocketnews24.com, Sabtu (15/4).
1. Super World Fighter dari Taiwan nih..
2. Hayo ini siapa? Kamu bisa tebak nggak?
3. Ini sepertinya Donald Trump..
4. Kekar dan berotot gitu ya World Fighter-nya Rusia.
5. Kim Jong-un nya Korea Utara begini jadinya..
6. Kuba punya nih! Che Guevara!
7. Ratu Elizabeth dari Kerajaan Inggris.
8. China!
9. Teduh sekali melihat tokoh dari India ini ya..
10. Irak nih!
11. Nah kalau yang ini World Fighter dari Jepang nih..
12. Amerika punya nih! Kok kayak Obama ya?
Sumber: Brilio
Proyek dari Tik Ka ini disebut sebagai Super World Fighter. Ia membuat karakter ini dan kemudian mengunggahnya di akun Facebook-nya yaitu Tik Ka From East. Penasaran seperti apa? Intip yuk hasil karya dari Tik Ka yang dirangkum brilio.net dari rocketnews24.com, Sabtu (15/4).
1. Super World Fighter dari Taiwan nih..
2. Hayo ini siapa? Kamu bisa tebak nggak?
3. Ini sepertinya Donald Trump..
4. Kekar dan berotot gitu ya World Fighter-nya Rusia.
5. Kim Jong-un nya Korea Utara begini jadinya..
6. Kuba punya nih! Che Guevara!
7. Ratu Elizabeth dari Kerajaan Inggris.
8. China!
9. Teduh sekali melihat tokoh dari India ini ya..
10. Irak nih!
11. Nah kalau yang ini World Fighter dari Jepang nih..
12. Amerika punya nih! Kok kayak Obama ya?
Sumber: Brilio
Sunday, April 9, 2017
Inilah Kursi Yang Paling Mahal
Saat menjelang mau tidur, yang menyenangkan buat saya adalah membaca linimasa di media sosial,
misalnya Facebook.
Ada berbagai postingan, entah itu positif dan negatif, semua saya baca.
Kalau yang negatif, sekedar saya baca, cukup tahu bahwa teman saya mempunyai cara pandang seperti itu.
Sedangkan yang positif saya like dan kadang saya komentari.
Postingan "pamer" sekalipun tetap saya anggap hal positif yang bisa membuat saya termotivasi untuk lebih baik lagi.
Pencapaian yang luar biasa dari teman-teman positif membuat saya berpikir,
mengapa saya belum menyamai pencapaian mereka?
Saya mungkin melihat hasil akhir, tapi tidak mengetahui bahwa untuk mencapai prestasi demikian dilalui dengan berdarah-darah dan banyak pengorbanan.
Satu hal yang saya yakini bahwa hambatan untuk maju adalah belum mengambil keputusan baik.
Keputusan baik dimulai dari hal yang kecil,
keputusan untuk keluar dari zona nyaman.
Orang bijak berkata, kursi paling mahal adalah kursi yang ada di depan TV.
Karena di kursi itu orang bisa menghabiskan waktu berjam-jam menonton TV,
sedangkan di luar sana orang bisa menghasilkan jutaan rupiah dengan usahanya.
Kursi yang paling mahal adalah kursi empuk di kantor Anda.
Karena kursi itu membuat Anda betah bekerja di tempat itu dengan gaji "cukup" dan segan untuk melamar pekerjaan lain dengan potensi gaji lebih tinggi.
Kursi yang paling mahal adalah kursi yang membuat Anda merasa cukup puas dengan pencapaian Anda
dan menutup mata bahwa di luar sana ada banyak kesempatan besar menanti.
Yang membuat kita begerak adalah impian,
impian untuk lebih baik dari sekarang.
Pilihannya adalah tetap duduk di kursi mahal dan tetap merasa nyaman dan aman atau,
mau bangun dari kursi, bereksplorasi, dan berjuang meraih impian.
Pilihan di tangan Anda.
Salam anget
misalnya Facebook.
Ada berbagai postingan, entah itu positif dan negatif, semua saya baca.
Kalau yang negatif, sekedar saya baca, cukup tahu bahwa teman saya mempunyai cara pandang seperti itu.
Sedangkan yang positif saya like dan kadang saya komentari.
Postingan "pamer" sekalipun tetap saya anggap hal positif yang bisa membuat saya termotivasi untuk lebih baik lagi.
Pencapaian yang luar biasa dari teman-teman positif membuat saya berpikir,
mengapa saya belum menyamai pencapaian mereka?
Saya mungkin melihat hasil akhir, tapi tidak mengetahui bahwa untuk mencapai prestasi demikian dilalui dengan berdarah-darah dan banyak pengorbanan.
Satu hal yang saya yakini bahwa hambatan untuk maju adalah belum mengambil keputusan baik.
Keputusan baik dimulai dari hal yang kecil,
keputusan untuk keluar dari zona nyaman.
Orang bijak berkata, kursi paling mahal adalah kursi yang ada di depan TV.
Karena di kursi itu orang bisa menghabiskan waktu berjam-jam menonton TV,
sedangkan di luar sana orang bisa menghasilkan jutaan rupiah dengan usahanya.
Kursi yang paling mahal adalah kursi empuk di kantor Anda.
Karena kursi itu membuat Anda betah bekerja di tempat itu dengan gaji "cukup" dan segan untuk melamar pekerjaan lain dengan potensi gaji lebih tinggi.
Kursi yang paling mahal adalah kursi yang membuat Anda merasa cukup puas dengan pencapaian Anda
dan menutup mata bahwa di luar sana ada banyak kesempatan besar menanti.
Yang membuat kita begerak adalah impian,
impian untuk lebih baik dari sekarang.
Pilihannya adalah tetap duduk di kursi mahal dan tetap merasa nyaman dan aman atau,
mau bangun dari kursi, bereksplorasi, dan berjuang meraih impian.
Pilihan di tangan Anda.
Salam anget