Perspektif Lain Tentang Ahok
The real ahok
Mau tahu suara hati pengusaha? Mengapa banyak pengusaha Tionghoa tdk mendukung Ahok? Ini bukan masalah jujur dan anti korupsi, tapi masalah Ahok sebagai pejabat tidak etis.
Sebagai pejabat, dengan modal dari pembayar pajak, Ahok mengajak pengusaha bersaing usaha. Selalu dia mengeluarkan kata-kata bernada ancaman bahwa modalnya 70T, artinya dialah, sebagai gubernur, the Real Konglomerat. Dia punya uang dan punya kekuasaan. Jadi pengusaha harus nurut 100% dengannya. Kalau tidak mau, maka dia yang akan jadi pengusahanya. Kalau tidak nurut, maka dengan kekuasaannya dia tidak akan memberi ijin.
Ahok baik tapi TIDAK BIJAKSANA. Dia hendak memainkan perannya sebagai pengusaha sekaligus penguasa. Sebagai penguasa, dia hendak bermain di level operator, bukan kebijakan.
Bagi orang yg bekerja alias profesional, Ahok yes... bagi pengusaha Ahok No... kenapa?? Ahok tidak peduli sulitnya pengusaha. Yang dia pikirkan hanya bagaimana mengambil keuntungan sebesar-besarnya (kata halus dari memeras) dari rasa tidak berdaya pengusaha. Apa yg sudah diucapkan dari mulutnya seperti titah dewa. Tidak mau mendengar keluhan pengusaha dll.
Contoh yg paling kecil: pasang spanduk biayanya 5000/m/hari. Dalam 3 th perjalanannya menjadi 125rb/m/hari. Dia tidak ingat pengusaha yang memasang spanduk dalam beriklan berarti pengusaha berbudget terbatas dan tidak bisa beriklan di TV. Ketika asosiasi pengusaha kecil dan menengah datang ingin negosiasi, jawaban Ahok,
"Anda kalau tidak bisa pasang umbul-umbul dengan biaya segitu, ya jangan pasang."
Contoh lain, pengusaha cleaning service di pemda tidak diperpanjang kontraknya, kebersihan juga diambil alih, pegawai mereka diambil alih diberi gaji 250.000 lebih tinggi. Otomatis semua pegawai tidak mau lagi kerja dengan majikan lama. Padahal mereka ini yang mentraining keahliannya.
Dulu mungkin ada kongkalikong. Tapi tidak seharusnya jantung pengusaha dibunuh, sistem dan pengawasanlah yang perlu diperbaiki. Bukankah pengusaha hanya mengikuti permainan penguasa. Kalau penguasa bersih, pengusaha juga akan ikut bersih.
Kasus Seaworld, Ahok sengaja menaikkan biaya restribusi yang sangat tinggi, yang secara bisnis pasti tidak menguntungkan, bila Lippo ingin meneruskan kontraknya dengan pemda. Tujuan sebenarnya buat AHok cuma 1, dia cuma mau takeover seaworld, dengan kekuasaannya. Akhirnya seaworld ditakeover pemda dan seluruh karyawannya di ambil juga. Jadi pemda tidak perlu mengeluarkan biaya training karyawan apapun ataupun educate people. Tidak perlu memikirkan sistem management, istilahnya ini barang jadi, tinggal gue ambil dengan biaya 0. Karena gue punya kekuasaan.
Hal yg sama juga akan terjadi pada palyja, aerta, dll.
Kasus pengusaha transportasi kota juga bencinya setengah mati dengan Ahok. Mereka hanya boleh menitipkan bisnya. Sopir diambil pemda. Artinya penghasilannya dijatah. Jadi bukan peraturan berkendaranya yang ditata, dan pengawas di dalam kota yang ditatar agar melakukan pengawasan dengan benar dan tertib berkendara, tapi titik ekonomi orang lain yang dicabut. Lagi-lagi ini karena dia punya modal dan kekuasaan.
Bagi profesional yg bekerja, tanpa memikirkan ROI, Risk, nasib karyawan lain, maka Ahok is yes..yes..yes... Tapi bagi pengusaha, Ahok adalah seorang gila kekuasaan dan power approach. Di otak Ahok hanya kamu nurut saja, karena dia anggap semua orang bodoh. Seperti yang dia selalu katakan, kalau org bodoh nurut saja. Itu menyakitkan pengusaha.
Demikian juga konglomerat yang akan dipalak 15% jug disuruh nurut karena anggapannya tidak ada manusia yang lebih pintar dari dia.
Itulah kelemahan AHok. Dia terlalu menggunakan power approach. Never listen other people. Termasuk ke konsultan kampanye dan politiknya!! Di otaknya cuma I WIN you LOOSE!
Kenapa dia tidak belajar dari walikota London, yang dicintai masyarakat Inggris meskipun dia Muslim? Karena modalnya cuma 1, listen others. Tidak ada kesan ambisi membunuh orang yang tidak nurut. Tapi mendengarkan dan kemudian didiskusikan bersama. Pemerintah bisa menata sesuai kemauan pemerintah tapi pengusaha juga diajak memberi solusi. Kalau Ahok tidak bisa begitu, apa yang sudah keluar dari mulutnya tidak bisa dinego lagi. Makanya model selevel AGuan pun males ngomong sama dia. Pada akhirnya orang ambil kesimpulan, percuma ngomong sama orang ini. Semakin kita ngomong, semakin beringas dia.
Jadi mengapa ada kesan pengusaha memilih Ahok tidak menjabat, bukan karena dia anti korupsi atau apapun, tapi kegilaan Ahok dalam menggunakan power approach harus dihentikan. Harus dicari penguasa yang mau duduk bersama, listen to each other, untuk memecahkan bersama. Pengusaha bukan orang bodo kok.
Saya menulis ini supaya semua orang bisa melihat secara berimbang. Menjadikan Ahok super hero karena mengkultuskannya itu sebenarnya membunuh dia pelan-pelan. Karena dia akan rusak dengan mental kesombongan dan tidak pernah sadar kelemahan dirinya sendiri.
Bagaimanapun, kita tetap terimakasih, karena dia sudah mletakkan dasar good governance.
Semoga sukses.
0 comments:
Post a Comment