Wednesday, January 23, 2013

Diam itu Emas

Bila mendengar kalimat tersebut, biasanya muncul silogisme plesetan,
"Diam itu emas, emas itu kuning, kuning itu ...bla..bla..bla..
Maka disimpulkan orang orang diam itu bla...bla...bla..."

Diam itu emas,
benar sekali. Saya setuju.
Karena orang diam biasanya terhindar dari konflik dan perang mulut.
Bagaimana bisa berkonflik, lha wong diam kok...

Diam itu bisa menjadi rem untuk menahan emosi dan keluarnya kata-kata makian.
Saat Anda sedang marah kepada seseorang, DIAM membuat Anda tidak jadi menumpahkan kemarahan.
Tidak ada kata-kata marah yang keluar berarti tidak ada emosi yang tertumpah, tidak ada yang tersinggung dengan kata-kata Anda,
kecuali Anda menggantinya dengan memecahkan barang di sekitar Anda sebagai wujud kemarahan.

Diam juga membuat Anda terhindar dari bicara bohong dan berkata sombong.
Bagaimana mungkin bisa bohong dan sombong, lha wong diam kok....

Tapi masalahnya, dengan DIAM,
orang tidak tahu apa mau Anda,
apa pendapat Anda,
bagaimana sesungguhnya perasaan Anda,
kecuali hanya bisa menebak ekspresi muka dan gestur tubuh,
yang tentu saja sangat subyektif.
Jangan lupa, bagaimana mungkin orang akan "memperhitungkan" dan tahu kapasitas Anda bila hanya DIAM tanpa memberikan opini?

Diam itu emas.
Tapi tahu kapan waktunya diam dan kapan sebaiknya harus bersuara adalah permata. (LBP)

Salam anget.


Share:

0 comments:

Post a Comment

Definition List

Unordered List

Support