Wednesday, August 10, 2011

Eksistensi Tuhan, Tuhan itu Ada Atau Tidak??

Ada beberapa kesalahan logika dalam pernyataan bahwa Tuhan itu ada, dan bisa dibaca pada uraian di bawah ini.

1. Jika tuhan itu dianggap sebagai causa prima yang tidak jelas asal usulnya, tidak disebabkan oleh apa dan siapapun, tidak berawal dan berakhir, kenapa anda tidak bisa menyetujui bahwa alam ini juga bisa tidak berawal dan berakhir? Perlu anda ketahui bahwa teori causa prima (prime cause) i...tu sudah sangat usang dan tidak digunakan lagi di negara2 yang sudah maju. Singkatnya, jika tuhan menciptakan alam, maka siapa yang menciptakan tuhan?

2. Jika tuhan diimajinasikan memiliki kekuatan yang maha dahsyat dan mampu mencipta, kenapa anda tidak bisa menerima bahwa alam ini juga memiliki kekuatan dahsyat dan mampu mengubah komponen2 alam menjadi apapun termasuk menjadi manusia yang semula hanya berasal dari beberapa sel yang tumbuh dan berkembang biak? Pernahkah anda mengukur seberapa dahsyat kekuatan sebuah bigbang dan dibandingkan dengan kekuatan tuhan anda?

3. Jika anda berimajinasi tuhan itu ada di di luar ruang dan waktu ~ tentunya itu sangat sulit untuk dibayangkan ~ lalu mengapa anda bisa berimajinasi bahwa tuhan bisa marah, sayang, butuh pujian, memberi imbalan atau hukuman dll. Bukankah itu suatu imajinasi yang sarat dengan kontradiksi dan merupakan personifikasi tuhan?

4. Jika anda menyebutkan tuhan itu ADA, anda juga harus menyebutkan apakah yang dimaksud dengan ADA itu. Apakah ADA secara eksistensi atau ADA karena diketahui (disepakati dalam peradaban). Itu adalah dua hal yang sangat berbeda. Jika anda setuju bahwa ADA yang dimaksud adalah eksistensi, maka anda sudah bermain dengan dimensi dan panca indera dan itu akan menimbulkan kontradiksi seperti yang disebutkan pada item 3.

5. Jika anda percaya bahwa berdoa pada tuhan itu bisa memiliki 4 opsi yaitu dikabul, ditunda, diganti yang lain atau diganti di akhirat, mengapa anda tidak pernah memikirkan bahwa berdoa pada pohon besar atau batu besar juga akan menghasilkan opsi yang sama?
Dengan uraian di atas, bagaimana orang yang mengaku percaya pada Tuhan menanggapinya? Wacana itu bagus sekali. Sangat logik dan mengoyak iman.
Dengan uraian  itu, susah sekali orang yang "percaya" Tuhan untuk membantahnya dengan argumentasi.
Kecuali paling-paling kelompok minor picik akan membantah dengan kata "pokoknya" atau "gw rela mati demi membela agama Allah".

Di sinilah memang benar-benar harus dipisahkan antara iman dan logika. Iman ya iman dan logika ya logika, jangan dicampur aduk.
Hanya orang fanatik konservatif yang selalu mengkaitkan logika sebagai suatu wangsit dari agama, sangat bodoh dan tidak bisa mencampurnya.
Tidak ada satupun "dongeng" dalam agama yang bisa dilogikakan (kecuali maksa, plus ngamuk).

Iman itu sifatnya dogma, postulat, harga mati, yang tidak bisa ditawar dan diperdebatkan oleh orang yang meyakininya.
Tuhan itu bagian dari iman. Dan sebagai orang yang mengimaninya, tidak bisa berargumen apapun dengan sesuatu yang diyakini dan dirasakannya karena tiap orang memiliki pengalaman spiritual yang berbeda.
Jadi alangkah bodoh dan naif bila ada orang yang memaksakan kepercayaannya pada orang lain.
Tuhan tidak mungkin bisa dilogikakan. Kalau mau dipaksakan akan jadi debat kusir yang tidak ada manfaatnya.
Benar tidaknya Tuhan hanya bisa dibuktikan dengan pengalaman pribadi dan tentunya akan makin jelas ketika kita mati.
Bila sekarang ada orang yang mencoba menjelaskan keberadaan Tuhan, sebenarnya itu hanya dalam tataran sharing pribadi, benar2 personal dan tidak bisa dibuktikan dengan cara apapun juga.
 Salam anget 
Share:

0 comments:

Post a Comment

Definition List

Unordered List

Support