Saya bingung ketika beberapa orang paranoid terhadap komunis, terutama Partai Komunis Indonesia
atau disingkat PKI.
Ideologi ini pernah jadi momok dunia dan menjadi "musuh" besar Amerika Serikat.
Tapi di tahun 2017, ideologi ini sudah usang. Beberapa negara yang pernah menganut paham ini satu persatu berguguran, meskipun masih ada yang bertahan satu dua yang kecil kemungkinan sanggup menularkan pahamnya seperti Sovyet di masa lalu.
Bila kita berada di posisi netral, maka tidak bisa menghakimi ideologi tersebut sebagai baik atau buruk. Ini hanya soal selera dan pilihan. Ketika Anda memilih paham syariah, kapitalis, atau pancasila sekalipun, di sisi lain ada orang yang memilih paham komunis.
Komunis itu soal hidup sama rata dan sama rasa, yang hal tersebut juga dilakukan oleh orang-orang yang tinggal di biara, pesantren, asrama, atau perseketuan.
Dalam biara, apa pun pekerjaannya, semua disetorkan ke kepala biara, lalu dinikmati bersama. Begitu pula orang-orang yang hidup di asrama, Anda makan ayam saat makan malam, maka menu yang sama juga disediakan untuk teman Anda.
Hidup bernegara sistim komunis demikian juga. Semua rakyat bekerja sesuai dengan tugasnya dengan bayaran sama dan dinikmati bersama.
Lalu ada meme muncul soal perbandingan antara gaya hidup masyarakat Korea Selatan dan Korea Utara. Anak muda Korut gaya dan penampilannya tidak segaul anak muda Korsel. Kemudian kita menghakimi bahwa sangat tidak menyenangkan hidup di Korut.
Ini setali tiga uang seperti saat perempuan barat melihat kasihan wanita timur tengah yang kemana-mana harus memakai cadar dan harus didampingi mahramnya. Hal yang sama, sebaliknya, wanita timur tengah mungkin memandang kasihan perempuan barat yang hidup penuh dosa karena mengumbar auratnya.
Ini hanya soal cara pandang dan selera, tidak lebih.
Parahnya kebanyakan orang gagal paham saat menyamakan komunis dengan atheis. Atheis ini ranah privat, soal ketidakpercayaan terhadap Tuhan. Hak setiap orang untuk beriman pada Tuhan atau tidak. Sampai saat ini pun masih banyak orang-orang atheis. Bahkan beberapa agama mayor pun tidak menganut konsep ketuhanan, contohnya agama Buddha. Sama sekali tidak ada hubungannya dengan komunis. Komunis dan atheis adalah dua hal yang berbeda. Mungkin banyak orang yang tidak tahu bahwa tokoh-tokoh pendiri PKI di masa lalu sebagian adalah ulama Islam (dulu sampai ada perpecahan di tubuh SI sehingga ada SI Merah dan SI Putih). Komunis adalah soal ideologi, tidak ada hubungannya dengan kepercayaan pada Tuhan.
Lalu sekarang, ada orang-orang yang berteriak-teriak menyerukan ketakutan akan PKI, awas bahaya laten PKI, hati-hati ada PKI. Saya mau bertanya pada mereka, betulan ya masih ada PKI? PKI sampai saat ini masih organisasi terlarang sebelum TAP MPRS tahun 66 dicabut. Jadi kalau mereka yakin melihat, merasa, atau tahu ada PKI, kenapa tidak lapor polisi?
Kemudian ada jawaban dan alasan macam :
"Ah, pemerintahnya pun rezim komunis."
"Percuma, polisi terlibat juga."
"Ini konspirasi Yahudi dan Amerika.."
"Bla...bla....bla..."
Ya...ya...ya...selalu ada alasan untuk membenarkan tindakan dan sikap anarkis mereka.
Ketakutan akan PKI itu paranoid. Karena sampai sekarang pun tidak ada orang yang bisa membuktikan bahwa PKI masih ada di Indonesia. Kalau Anda yakin PKI ada, siapa ketuanya?
Dimana markasnya? Siapa anggotanya?
Tahu?
Laporkan kalau tahu!
Tidak perlu juga berteriak-teriak meng-PKI-kan orang lain sambil bakar bendera PKI yang, ternyata, bikin sendiri, nyablon sendiri, bakar sendiri, pusing sendiri.
Di masa orang narsis di media sosial, sangat sulit menyembunyikan keberadaan PKI, kalau memang benar ada.
Tidak perlu takut akan PKI, Bung. PKI tidak mengancammu. Takutlah akan kebencianmu yang bisa melukai orang lain.
Salam anget
** Jadi ingat lagu Chaca Handika,
"Teriak-teriak sendiri, sablon-sablon sendiri, bakar-bakar sendiri,......pusing-pusing sendiri."
0 comments:
Post a Comment