Seseorang istri bertanya pada saya,
"Selama ini saya yang menjadi tulang punggung keluarga setelah suami pensiun. Saya capek.
Saya ingin menyenangkan diri dengan jalan berkumpul bersama teman-teman saya.
Tapi suami selalu melarang saya.
Sumpah saya bete..!! Apalagi kalau saya pulang ke rumah selalu melihat mukanya cemberut..!!"
Ada masanya orang berada di puncak kejayaan, klimaks,
dan ada masanya juga semua itu memudar, antiklimaks.
Tak ada yang bisa diharapkan lagi saat orang tersebut antiklimaks, apalagi karena usia.
Menjadi tulang punggung memang berat dan melelahkan.
Apalagi ditambah harus pula mengurusi suami yang menganggur.
Apa yang bisa Anda harapkan untuk perubahannya?
Tidak ada cara lain, Anda harus melakukannya dengan ikhlas,
Sama seperti saat anak pertama lahir, tiap saat waktu Anda tersita untuk mengurusnya,
mengganti popoknya, menyusui, membersihkan kotorannya.
Melelahkan? Tentu saja.
Apakah Anda membenci pekerjaan itu? Tidak. Karena Anda melakukannya dengan cinta dan ikhlas.
Lakukan hal sama pada suami Anda yang pensiun dan "tidak mampu" tersebut.
Dalam kondisi ini, Anda perlu hiburan.
Senangkanlah diri Anda dengan berkumpul bersama teman-teman, tanpa melewati "batas".
Saat Anda pergi, suami menyertainya dengan larangan. Anda mungkin kesal.
Tapi saat pulang, bawa serta kesenangan dan kegembiraan di luar tersebut ke rumah.
Bagikan pada suami.
Berikan senyuman manis padanya.
Dan lihatlah, lambat laun lipatan bibirnya akan berubah menjadi senyum.
Lakukan itu, sebelum semuanya terlambat,
sebelum maut memisahkan kalian dan yang mungkin akan Anda sesali..(LBP)
Salam anget.
0 comments:
Post a Comment