Saturday, April 30, 2011

Siapa Mau di Cuci Otak?

Beberapa puluh tahun yang lalu, saat saya masih remaja dan nakal,
saya pernah mempermainkan ibu penjual warteg.

"Saya makan pake ayam, telor, orek tempe.
Brapa smua,Bu?"
"Nasi ayam seribu,tambah telor orek jadi dua ribu." jawab ibu sambil menghitung, tentu saja dengan kurs masa itu.

"Dua ribu ya bu... Kalo dikali tiga jadi berapa?"
Ibu itu berpikir sejenak lalu
menjawab,"Enam ribu, Dek."

"Enam ribu dibagi dua berapa?"
"Jadi tiga ribu." Si ibu tersenyum.

"Nah, tiga ribu itu dikurangi dua ribu lima ratus tinggal berapa?"
Ibu itu agak repot menghitung, lalu menjawab dengan senang,
"Lima ratus dong."

"Bener lima ratus? Ga salah?"
Saya bertanya sekali lagi sambil menegaskan.
"Bener, Dek, ga salah, lima ratus."

Saya menyerahkan uang lima ratus ke Ibu itu dan diterimanya dengan senang.

Anda pasti sudah menduga,
kejadian apa yang terjadi.
Saya telah mencuci otak Ibu tadi.
Saya telah menipunya.
Suatu hal yang dulu saya banggakan,
tapi sekarang saya sesali,
kok tega ya saya menipu orang susah.

Anda pernah mengalami kejadian serupa?
Yang pintar membodohi yang bodoh.
Anda jadi subyek atau malah obyek?
Dicuci otak tanpa Anda kehendaki pasti tidak menyenangkan.

Jangan bodoh agar tidak dibodohi.
Jadilah orang pintar yang tidak membodohi orang lain.

Semoga Anda terhindar dari cuci otak.
(LBP)

Salam anget
Share:

0 comments:

Post a Comment

Definition List

Unordered List

Support